Sabtu, 16 April 2011

Pembajakan Emosi (AA3)

Ledakan emosional semacam itu merupakan pembajakan saraf. Bukti menunjukkan bahwa pada saat-saat tersebut, pusat dalam otak limbik mengumumkan adanya keadaan darurat, sambil menghimpun bagian-bagian lain otak untuk mendukung agendanya yang mendesak. Pembajakan tersebut berlangsung seketika, dan memicu reaksi atas momen penting sebelum neokorteks, bagian otak yang berpikir, memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi, misalnya memutuskan apakah tindakan itu merupakan gagasan yang baik. Ciri utama pembajakan semacam itu adalah begitu saat tersebut berlalu, mereka yang mengalaminya tidak menyadari apa yang baru saja mereka lakukan.

Pembajakan ini sama sekali bukanlah peristiwa-peristiwa sadis yang terisolasi dan menjurus pada kejahatan-kejahatan keji seperti Pembunuhan Gadis Karier itu. Dalam bentuk yang kurang dahsyat tetapi tidak berarti kurang hebat — pembajakan itu terjadi pada kita dengan frekuensi cukup sering. Bayangkan kembali kali terakhir Anda "marah", memaki-maki seseorang — istri atau anak Anda, atau barangkali pengemudi mobil lain —sampai ke tahap yang belakangan, setelah sedikit direnungkan dan ditinjau kembali, tampaknya tidak perlu. Sangat mungkin, hal itu pun merupakan pembajakan, kudeta saraf yang, sebagaimana akan kita lihat, berasal dari amigdala, se buah pusat di otak limbik.

Kamis, 31 Maret 2011

Pembunuhan Gadis Karier (Anatomi Amarah 2)

Ketika Robles menyampaikan kisah ini bertahun-tahun kemudian, ia mengatakan bahwa sementara ia sedang mengikat Hoffert, Janice Wylie mengingatkannya bahwa Robles tidak akan dapat lolos begitu saja: Gadis itu akan mengingat wajahnya dan menolong polisi melacaknya. Robles, yang telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa kali ini merupakan pencurian terakhlrnya, menjadi panik, sehingga langsung kehilangan kendali. Dengan kalang kabut, ia meraih botol soda dan memukul gadis-gadis itu sampai mereka pingsan. 

Kemudian, di tengah gelombang amarah dan ketakutan, ia menyayat nyayat dan menikam gadis-gadis itu berulang kali dengan pisau dapur. Ketika mengenang kembali kejadian itu sekitar dua puluh lima tahun kemudian, Robles meratap, "Saya bingung sekali. Kepala saya serasa meledak."

Hingga hari ini Robles mempunyai banyak waktu untuk menyesali sekian menit amarah tak terkendall itu. Sewaktu tulisan ini dibuat, ia masih berada di penjara, sekitar tiga puluh tahun kemudian, untuk menebus kejahatannya yang kemudian dikenal sebagai "Pembunuhan Gadis Karier".

Selasa, 29 Maret 2011

Anatomi Amarah (1)

Hari itu adalah hari yang panas di bulan Agustus tahun 1963, saat yang sama ketika Pendeta Martin Luther King, Jr. menyampaikan pidato "I Have a Dream"-nya di hadapan pawai hak-hak asasi di Washington.

Pada hari itu, Richard Robles, seorang pencuri kawakan yang telah dibebaskan dari hukuman tiga tahun untuk perampokan lebih dari seratus kali yang telah dilakukannya guna menopang kebiasaannya menggunakan heroin, memutuskan melakukan pencurian sekali lagi.

Ia ingin meninggalkan dunia kejahatan, begitu kata Robles belakangan, tetapi ia sangat membutuhkan uang bagi pacarnya dan putri mereka yang berusia tiga tahun.

Apartemen yang didobraknya hari itu adalah milik dua wanita muda, Janice Wylie yang berusia dua puluh satu tahun, seorang peneliti di majalah Newsweek, dan Emily Hoffert yang berusia dua puluh tiga tahun, seorang guru sekolah dasar.

Meskipun Robles telah memilih apartemen yang akan dirampoknya di wilayah mewah New York, Upper East Side, karena dipikirnya tidak akan ada orang di situ, ternyata Wylie ada di rumah.

Seraya mengancamnya dengan sebilah pisau, Robles mengikat gadis itu. Tepat ketika ia akan kabur, Hoffert pulang. Untuk mengamankan pelariannya, Robles mengikat Hoffert juga.

Jumat, 25 Maret 2011

Marah, Faktor Risiko Penyakit Jantung

Kaitan antara jantung dan otak lebih sulit ditentukan ketimbang kaitan antara jantung dan lingkar pinggang. Namun, kebanyakan otoritas medis berpikir bahwa faktor psikologis – secara harfiah – dapat dirasakan oleh jantung dan menyumbang terhadap risiko jantung. Stres psikologis, kemarahan, isolasi sosial, dan depresi sering kali berkaitan – orang yang memiliki salah satunya sering kali memiliki yang lainnya. Bukti menunjukkan bahwa masalah-masalah seperti ini mampu meningkatkan risiko penyakit arteri koroner dan risiko kematian setelah serangan jantung.

Stres psikologis dapat menaikkan tekanan darah, mengurangi aliran darah ke jantung, menurunkan kemampuan memompa jantung, dan mengaktifkan sistem penggumpalan darah. Bahkan, menurut suatu penelitian pada tahun 2002 dalam berkala Psychomatic Medicine, penyebab stres yang tidak terlalu ekstrim, seperti kesepian, tampaknya memengaruhi tekanan darah. Ketika para peneliti mengukur tekanan darah dari 89 pelajar selama percobaan di mana mereka mengerjakan tes yang membuat stres, pelajar yang pernah melapor bahwa mereka kesepian memiliki tekanan darah yang lebih tinggi karena penyempitan yang lebih besar dalam arteri mereka, yang memiliki efek jangka panjang yang berbahaya. Mereka yang tidak kesepian memiliki tekanan darah yang meningkat karena meningkatnya keluaran jantung (lebih banyak darah yang dipompakan keluar dari jantung), suatu respon stres yang lebih normal.

Menariknya, cara Anda bereaksi stres bisa berbahaya bagi jantung Anda ketimbang stres itu sendiri. Beberapa orang menghadapi stres kehidupan dengan tenang, sedangkan yang lainnya lebih cenderung menjadi jengkel dan marah. Orang yang cenderung marah karena temperamennya, memiliki reaksi emosional yang kuat ketika stres dan sering kali lebih bereaksi berlebihan dalam keadaan biasa sekalipun. Suatu penelitian pada tahun 2001 dalam American Journal of Epidemiology menemukan bahwa memiliki kepribadian yang berapi-api merupakan suatu faktor risiko bagi penyakit jantung yang sama kuatnya dengan tekanan darah tinggi.

Penelitian tersebut, yang mencakup 12.990 pria dan wanita yang berusia paruh baya, menilai kesehatan para partisipan secara keseluruhan dan menggunakan kuesioner psikologis untuk mengidentifikasi mereka yang memiliki temperamen pemarah. Selama tiga sampai enam tahun berikutnya, orang yang memiliki temperamen pemarah memiliki risiko penyakit jantung 2,5 kali lebih besar daripada rekan mereka yang lebih tenang. Peningkatan risiko ini sebanding dengan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi.

Penting untuk diperhatikan bahwa sangat sulit untuk melakukan penelitian tentang stres dengan baik. Pengukuran kegelisahan dan temperamen memang jauh lebih sulit daripada mengukur kadar kolesterol atau berat badan. Pengukuran tingkat stres sering kali melibatkan beberapa penilaian subjektif dari pihak partisipan penelitian atau penelitinya. Itu tidak sama dengan mengatakan bahwa bukti tentang efek stres terhadap jantung Anda (atau bagian tuibuh lainnya) adalah salah. Namun, ini adalah jenis bukti yang mungkin bisa dipertajam jika perangkat riset yang lebih baik memungkinkannya mengevaluasi psikologi manusia dengan ketepatan yang lebih tinggi.