Jumat, 25 Maret 2011

Marah, Faktor Risiko Penyakit Jantung

Kaitan antara jantung dan otak lebih sulit ditentukan ketimbang kaitan antara jantung dan lingkar pinggang. Namun, kebanyakan otoritas medis berpikir bahwa faktor psikologis – secara harfiah – dapat dirasakan oleh jantung dan menyumbang terhadap risiko jantung. Stres psikologis, kemarahan, isolasi sosial, dan depresi sering kali berkaitan – orang yang memiliki salah satunya sering kali memiliki yang lainnya. Bukti menunjukkan bahwa masalah-masalah seperti ini mampu meningkatkan risiko penyakit arteri koroner dan risiko kematian setelah serangan jantung.

Stres psikologis dapat menaikkan tekanan darah, mengurangi aliran darah ke jantung, menurunkan kemampuan memompa jantung, dan mengaktifkan sistem penggumpalan darah. Bahkan, menurut suatu penelitian pada tahun 2002 dalam berkala Psychomatic Medicine, penyebab stres yang tidak terlalu ekstrim, seperti kesepian, tampaknya memengaruhi tekanan darah. Ketika para peneliti mengukur tekanan darah dari 89 pelajar selama percobaan di mana mereka mengerjakan tes yang membuat stres, pelajar yang pernah melapor bahwa mereka kesepian memiliki tekanan darah yang lebih tinggi karena penyempitan yang lebih besar dalam arteri mereka, yang memiliki efek jangka panjang yang berbahaya. Mereka yang tidak kesepian memiliki tekanan darah yang meningkat karena meningkatnya keluaran jantung (lebih banyak darah yang dipompakan keluar dari jantung), suatu respon stres yang lebih normal.

Menariknya, cara Anda bereaksi stres bisa berbahaya bagi jantung Anda ketimbang stres itu sendiri. Beberapa orang menghadapi stres kehidupan dengan tenang, sedangkan yang lainnya lebih cenderung menjadi jengkel dan marah. Orang yang cenderung marah karena temperamennya, memiliki reaksi emosional yang kuat ketika stres dan sering kali lebih bereaksi berlebihan dalam keadaan biasa sekalipun. Suatu penelitian pada tahun 2001 dalam American Journal of Epidemiology menemukan bahwa memiliki kepribadian yang berapi-api merupakan suatu faktor risiko bagi penyakit jantung yang sama kuatnya dengan tekanan darah tinggi.

Penelitian tersebut, yang mencakup 12.990 pria dan wanita yang berusia paruh baya, menilai kesehatan para partisipan secara keseluruhan dan menggunakan kuesioner psikologis untuk mengidentifikasi mereka yang memiliki temperamen pemarah. Selama tiga sampai enam tahun berikutnya, orang yang memiliki temperamen pemarah memiliki risiko penyakit jantung 2,5 kali lebih besar daripada rekan mereka yang lebih tenang. Peningkatan risiko ini sebanding dengan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi.

Penting untuk diperhatikan bahwa sangat sulit untuk melakukan penelitian tentang stres dengan baik. Pengukuran kegelisahan dan temperamen memang jauh lebih sulit daripada mengukur kadar kolesterol atau berat badan. Pengukuran tingkat stres sering kali melibatkan beberapa penilaian subjektif dari pihak partisipan penelitian atau penelitinya. Itu tidak sama dengan mengatakan bahwa bukti tentang efek stres terhadap jantung Anda (atau bagian tuibuh lainnya) adalah salah. Namun, ini adalah jenis bukti yang mungkin bisa dipertajam jika perangkat riset yang lebih baik memungkinkannya mengevaluasi psikologi manusia dengan ketepatan yang lebih tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar